Kegiatan pembelajara di dalam kelas melibatkan interaksi antara guru dengan siswa. Siswa berasal dari lingkungan yang beragam. Selain itu, keragaman budaya dan kearifan lokal yang berasal dari lingkungan tempat tinggal siswa berpengaruh terhadap kebiasaan siswa dalam belajar. Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, membuat peradaban baru dalam berinteraksi. Para siswa cenderung menghabiskan waktu untuk bermain melalui smart phone. Kegiatan pembelajara di dalam kelas melibatkan interaksi antara guru dengan siswa. Melihat faktor-faktor tersebut, saya belum
sepenuhnya menyadari bahwa siswa sebagai kodrat alam dan kodrat jaman berpengaruh
terhadap cara belajar para siswa. Sehingga pembelajaran yang saya sajikan saat
itu belum sepenuhnya berpihak kepada siswa. Keberagaman siswa yang berasal dari
berbagai daerah dan perkembangan teknologi memberikan pengaruh besar terhadap
aktifitas mereka sehari-hari. Jika siswa tidak dituntun, bukan hal mustahil
mereka sebagai generasi z tidak mampu menemukan jati diri sebagai Bangsa
Indonesia.
Setelah saya memahami modul filosofi Pendidikan Ki
Hajar Dewantara (KHD), pemahaman saya tentang peran guru ternyata tidak hanya
mengajarkan materi pelajaran semata. Namun, guru diharapkan mampu menuntun laku
perkembangan siswa. Upaya yang dapat dilakukan seorang guru dengan
mengimplementasikan filosofi pendidikan KHD, yaitu dengan memanusiakan manusia,
memberikan kemerdekaan kepada mereka dalam
belajar, memberikan teladan, semangat dan dorongan untuk terus belajar. Ing
ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Penguatan karakter siswa sebagai individu sekaligus
sebagai anggota masyarakat dilaksanakan melalui implementasi nilai-nilai luhur
kearifan budaya daerah asal yang relevan untuk menebalkan laku siswa dalam
menuntun kekuatan kodrat alam dan kodrat jaman. Kearifan lokal merupakan nilai-nilai, norma,
hukum-hukum dan pengetahuan yang dibentuk oleh ajaran agama,
kepercayaan-kepercayaan, tata nilai tradisional dan pengalaman-pengalaman yang
diwariskan oleh leluhur yang akhirnya membentuk sistem pengetahuan lokal yang
digunakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan sehari-hari oleh
masyarakat. Beberapa contoh nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang
relevan menjadi penguatan karakter siswa sebagai individu sekaligus sebagai
anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya antara lain : Bersih dusun, sambatan, nyinom/
mladhen, Nilai sosial yang diwariskan dari budaya tersebut adalah gotong
royong/ kerja sama. Tradisi Sadranan merupakan tradisi mendoakan para leluhur
yang telah meninggal dengan mengunjungi makam leluhur. Nilai sosial yang
diwariskan dari tradisi tersebut adalah rasa hormat menghormati dan rasa
kekeluargaan. Kearifan budaya tersebut dapat
diimplementasikan pada pembiasaan di sekolah, sebagai contohnya pelaksanaan
kebersihan sekolah (program jumat bersih, pembuatan regu piket, menjenguk teman yang
sakit, implementasi senyum, salam, sapa, sopan dan santun). Budaya saling sapa dilaksanakan melalui pembiasaan among tamu/ menyambut kedatangan siswa; memberikan tauladan dalam menghormati teman / orang yang lebih tua; menggunakan Bahasa yang santun dalam berbicara; mengawali kegiatan pembelajaran dengan literasi.
Gb. Kegiatan literasi Membaca Al Quran
Implementasi pembelajaran menurut KHD juga
menekankan pada asas kebudayaan. Guru harus mampu menghadirkan budaya Indonesia
yang terbuka sebagai upaya kemajuan abad. Guru dapat memfasilitasi siswa dalam
memfilter masuknya budaya luar yang sesuai dengan budaya Indonesia yang
adiluhung sehingga para siswa tetap mengenal jati diri sebagai bangsa
Indonesia. Salah satu hal yang dapat dicapai dalam pembelajaran bermakna
melalui peran siswa sebagai tutor kepada temannya. Hal ini sesuai dengan asas
yang di gagas KHD bahwa kemanusiaan sebagai dasar pendidikan, manusia merupakan
makhluk edukatif yang bisa saling mendidik.
KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang
petani. Biji disemai dan ditanam oleh pak tani di lahan yang telah disediakan. Jika
biji jagung ditanam di lahan yang subur dengan mendapatkan penyinaran yang
cukup dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung berasal dari bibit
jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena
perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji
jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang
gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’
pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.
Guru berperan sebagai penuntun, yaitu memberikan
kemerdekaan siswa dalam belajar dengan tetap diarahkan guru untuk menjadi
pribadi yang berkarakter mulia. Selain itu, guru dapat menjadi pamong bagi para
siswa. Guru memberikan arahan agar siswa
tidak kehilangan jati diri Bangsa Indonesia dan membahayakan dirinya. (Makruf Hidhayanto / CGP 07)